Kesehatan Mental Tugas 2

1. Pesesuaian Diri dan Pertumbuhan
     A. Penyesuaian Diri
      Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery) .
          Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah kepada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang harus pindah dari rumah lama kerumah baru karena rumah lama sering mengalami kebanjiran maka orang tersebut harus beradaptasi dengan lingkungan rumah barunya.
        Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
         Proses penyesuaian diri pada manusia tidaklah mudah. Hal ini karena didalam kehidupannya manusia terus dihadapkan pada pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Periode penyesuaian diri ini merupakan suatu periode khusus dan sulit dari rentang hidup manusia. Manusia diharapkan mampu memainkan peran-peran sosial baru, mengembangkan sikap-sikap sosial baru dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru yang dihadapi (Hurlock,1980).
       Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (good adjustment) adalah apabila seseorang menampilkan respon yang matang, efisien, memuaskan, dan wholesome. Yang dimaksud dengan respon yang efisien adalah respon yang hasilnya sesuai dengan harapan tanpa membuang banyak energi, waktu atau sejumlah kesalahan. Wholesome maksudnya adalah respon yang ditampilkan adalah sesuai dengan kodrat manusia, dalam hubungannya dengan sesama manusia, dan hubungannya dengan Tuhan. Manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hidupnya akan harmonis dan jauh dari penyimpangan-penyimpangan begitu juga sebaliknya apabila seseorang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri mereka akan mengalami maladjustment yang ditandai dengan penyimpangan atau perilaku yang menyimpang yang tidak berlaku di lingkungan tersebut.

       B. Pertumbuhan Personal
        Manusia  merupakan makhluk individu. Manusia disebut sebagai individu apabila tingkah lakunya spesifik atau menggambarkan dirinya sendiri dan bukan bertingkah laku secara umum atau seperti orang lain. Jadi individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas dalam lingkup sosial tetapi mempunyai kekhasan tersendiri yang spesifik terhadap dirinya didalam lingkup sosial tersebut. Kepribadian suatu individu tidak sertamerta langsung terbentuk, akan tetapi melalui pertumbuhan sedikit demi sedikit dan melalui proses yang panjang.
       Setiap individu pasti akan mengalami pembentukan karakter atau kepribadian. Dan hal tersebut membutuhkan proses yang sangat panjang dan banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadiannya tersebut dan keluarga adalah faktor utama yang akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian. Hal ini disebabkan karena keluarga adalah kerabat yang paling dekat dan kita lebih sering bersama dengan keluarga. Setiap keluarga pasti menerapkan suatu aturan atau norma yang mana norma-norma tersebut pasti akan mempengaruhi dalam pertumbuhan personal individu. Bukan hanya dalam lingkup keluarga, tapi dalam lingkup masyarakat atau sosialpun terdapat norma-norma yang harus di patuhi dan hal itu juga mempengaruhi pertumbuhan individu.
            Setiap individu memiliki naluri yang secara tidak langsung individu dapat memperhatikan hal-hal yang berada disekitarnya apakah  hal itu benar atau tidak, dan ketika suatu individu berada di dalam  masyarakat yang memiliki suatu  norma-norma yang berlaku maka ketika norma tersebut di jalankan akan memberikan suatu pengaruh dalam kepribadian, misalnya suatu individu ada di lingkungan masyarakat yang tidak disiplin yang dalam menerapkan aturan-aturannya maka lama-kelamaan pasti akan mempengaruhi dalam kepribadian sehingga menjadi kepribadian yang tidak disiplin, begitupun dalam lingkungan keluarga, semisal suatu individu berada di lingkup keluarga yang cuek maka individu tersebut akan terbawa menjadi pribadi yang cuek.
-             Penekanan Pertumbuhan, Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal.
-         Variasi dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena terkadang terdapat rintangan-rintangan yang menyebabkan tidak berhasilnya melakukan penyesuaian diri.
-         Kondisi-kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977).
-         Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya sendiri.

2. Stress
       A. Arti penting Stress
          Kita semua pernah mengalami stress. Stress dalam tingkat yang sedang perlu untuk menghasilkan kewaspadaan dan minat pada tugas yang ada, dan membantu orang melakukan penyesuaian. Stress yang jelek adalah stress yang yang terlalu kuat dan bertahan lama. Stress ini bisa mengganggu jasmani maupun rohani.
            J. P. Chaplin mendefinisikan stress sebagai satu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun  
psikologis. Hal yang sama diungkapkan dalam Atkinson (1983), stress terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Keadaan sosial, lingkungan, dan fisikal yang menyebabkan stress dinamakan stressor. Sementara reaksi orang terhadap peristiwa tersebut dinamakan respon stress, atau secara singkat disebut stress.
            Menurut Lazarus 1999 (dalam Rod Plotnik 2005:481) “Stres adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterprestasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai”.
            Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa adanya system kognitif, apresiasi 
stress menyebabkan segala peristiwa yang terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.

       B. Tipe-tipe stress
1. Eustress
Eustress adalah stres dalam bentuk positif. Ini adalah stres yang baik yang dapat merangsang seseorang untuk melakukan berbagai hal dengan lebih baik. Seseorang dapat merasakan situasi tertentu, seperti pekerjaan baru, atau bertemu dengan idolanya. Jenis stres ini disebut sebagai eustress, dan secara fisik dan psikologis tidak berbahaya. Sebaliknya, stres jenis ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan dan kinerja individu, setidaknya dalam jangka pendek.

2. Distress
Sama seperti segala sesuatu dalam hidup, ketika ada yang baik atau stres yang positif, ada juga "buruk" atau "stres negatif". Jenis stres ini adalah kebalikan dari Eustress dan itu disebut Distress. Distress adalah "stres negatif". Ini adalah gangguan stres yang disebabkan oleh kejadian buruk dan seringkali mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Beberapa peristiwa yang menyebabkan kesulitan adalah :
- Kematian orang yang dicintai
- Masalah Keuangan
- Tanggung jawab berat dan beban kerja
- Tegang hubungan
- Penyakit kronis
Distress dapat diklasifikasikan lebih lanjut sebagai stres akut atau stress kronis. Stres akut hanya sementara stres kronis biasanya berkepanjangan.

3. Hyperstress
Ketika seseorang didorong melebihi apa yang dapat ia tangani, mereka akan mengalami apa yang kita disebut hyperstress. Hyperstress hasil dari menjadi kelebihan beban atau bekerja terlalu keras. Rasanya seperti stres. Ketika seseorang hyperstressed, bahkan hal-hal kecil bisa memicu respon emosional yang kuat. Orang yang paling mungkin menderita hyperstress adalah :
- Ibu bekerja yang multi-tugas, bermain dengan komitmen kerja dan keluarga.
- Pedagang di jalanan yang terus-menerus di bawah ketegangan.
- Orang yang berada di bawah himpitan keuangan konstan.
- Umumnya orang yang bekerja di lingkungan dengan cepat.

4. Hypostress
Hypostress berlawanan dengan hyperstress. Itu karena hypostress adalah salah satu jenis stres yang dialami oleh orang yang selalu bosan. Seseorang dalam pekerjaan tidak menantang, seperti buruh pabrik melakukan tugas yang sama berulang-ulang, sering akan mengalami hypostress. Pengaruh hypostress adalah perasaan gelisah dan kurangnya inspirasi.

       C. Symptom-Reducing Responses terhadap Stress
- Pengertian Symptom – reducing responses terhadap Stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan brjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
- Mekanisme Pertahanan Diri
Ø Indentifikasi. Suatu cara yang digunakan individu untuk mengahadapi orang lain dengan membuatnya menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Ø Kompensasi. Seorang individu tidak memperoleh kepuasan dibidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasaan dibidang lain.
Ø Overcompensation/Reaction Formation. Perilaku seseorang yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan tujuan pertama.
Ø Sublimasi. Suatu mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Ø Proyeksi. Perilaku seseorang yang menutupi kualitas perilakunya yang tidak  layak/kurang baik, kemudian mengenakan atau memproyeksikan kualitas atau sifat  yang tidak baik tersebut pada orang lain.
Ø Introyeksi. Memasukan dalam diri pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain.
Ø Reaksi Konversi. Secara singkat mengalihkan konflik ke alat tubuh atau    mengembangkan gejala fisik.
Ø Represi. Konflik pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan   ditekan ke dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan.
Ø Supresi. Menekan konflik impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu  tidak mau memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.
Ø Denial. Mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan.
Ø Regresi. Mekanisme perilaku seorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia  menarik diri dari pergaulan.
Ø Fantasi. Apabila seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan  berkhayal/berfantasi, misalnya dengan lamunan.
Ø Negativisme. Perilaku seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang  lain dengan perilaku tidak terpuji.
Ø Sikap Mengritik Orang Lain. Bentuk pertahanan diri untuk menyerang orang lain  dengan kritikan-kritikan. perilaku ini termasuk perilaku agresif yang aktif.

       D.  Pendekatan “problem solving” terhadap stress
            Kita mengatasi rasa stress itu dengan cara kita mencari penyebab stress itu sendiri (stressor) setelah kita tau penyebabnya kita harusbisa memilih mana jalan keluar terbaik untuk masalah kita,kalo perlu meminta bantuan orang lain. Misalnya kita baru mengalami putus cinta,lalu kita merasakan stress dan kita pun tau kalau untuk melanjutkan hubungan tersebut tidak mungkin lagi,nah darisitu kita bisa mengambil keputusan kalau memang orang itu bukan yang terbaik untuk kita,apa salahnya kita mencoba dengan orang baru dalam kehidupan kita. Atau tidak kita cerita kepada semua teman-teman kita yang bisa di percaya mungkin itu bisa sedikit menenangkan hati kita dan mengurangi rasa stress kita.

Sumber :


Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma
http://wulanwulan61.blogspot.com/2013/04/tulisan-2.html
Lazarus, A. A. (2006). Learning theory and the treatment of depression. Behavior research and therapy, 6, 83-89.








0 comments:

Post a Comment


up